Thursday, March 17, 2011

SATU SETENGAH

Short Story By Endra Rintovani


*Satu setengah dalam aljabar mungkin berarti 1 + 1/2 atau jumlah bilangan pecahan bisa juga hasil pembulatan. Sedangkan ibu-ibu di pasar dan para pedagang memaklumi satu setengah untuk ukuran berat, jumlah atau sejumlah uang. Dan mungkin saja untuk hitungan apoteker ya takaran dosis obat resep dari dokter  untuk pasien. - Tuan Muda dari Bukit Menoreh.*
Rayap mungkin masih tidur ketika derap tangga kayu di pagi kering itu menderit. Sepasang mata enggan terbuka penuh ketika si empunya menuju ruang makan. Pelan mengambil nasi secukupnya dan duduk. Sebentar kemudian berteriak memanggil-manggil. Si terpanggil buru-buru menapaki tangga yang sama, dan bergegas menghampisi si pemanggil. Si terpanggil nampak segar dan bercahaya-hasil mandi selama setengah jam lebih. Tak lama mereka larut dalam suasana sarapan sederhana.

****
Diam menjauh dan pamit undur diri ketika si pemanggil memulai percakapan tentang sebuah bilangan.
” Jadi apakah kau wahai Si Terpanggil, masih menyimpannya? Dan sudah menjadi berapa? ” ujar Si Pemanggil sambil mengambil pisang di tengah meja makan.
“Aku pikir sudah keberapa kalinya pertanyaan itu kau tanyakan, ini repetisi atau memang kehabisan pertanyaan?” jawab Si Terpanggil seenaknya sambil beranjak ke wastafel mencuci tangan.
“Eeeh, sudah berani ya sekarang?? ya, aku cuma ingin memastikan dan daridulu kau tak pernah memulai percakapan, aku tahu benar.” kata Si Pemanggil.
“Hmm..haha, aku tak cukup pandai membuka pagi dengan percakapan dan aku tahu kau lelah.” jawab Si Terpanggil.
“Jadi? bisakah saya mendapat jawaban? ” tanya Si Pemanggil menelan sekerat pisang terakhirnya.
“Masih, Satu setengah skala lima dan Conditional. Ada lagi? ” jawab Si Terpanggil menyodorkan air putih hangat untuk Si Pemanggil.
“Hmm…okee, aku mau mandi dan bekerja lagi. Sini cium sekali” Si Pemanggil membawa gelasnya dan menghampiri Si Terpanggil.
Si Terpanggil mencium kening Si Pemanggil. Dan Si Pemanggil menuju ke lantai atas. Pagi resmi menjadi siang. Jam berdentang, meneriakkan pukul 9 lebih satu setengah.
****
Jumlah sering kita artikan sebagai penyeragaman atas adanya logika ketika perasaan tak pernah bisa menghitung dan dihitung secara kasat mata. Perasaan adalah sumbu tanpa angka-angka, timbangan tanpa bandul-bandul, skala tanpa perbandingan, bentuk bukan geometri, dan kadang-kadang menjadi pengkhianat diantara benar dan salah.

No comments:

Post a Comment