Wednesday, March 16, 2011

FESTIVAL GRAFIS BERSENI


Festival Grafis Berseni merupakan suatu pergelaran seni grafis yang dapat menjadi ajang berkesenian bagi para penerus seni grafis Indonesia. Acara ini di gelar sebagai wadah khusus untuk memacu kreativitas, produktivitas, dan inovasi para penerus seni grafis serta memamerkan karya- karya seni grafis yang ada di Indonesia.

Persyaratan Peserta
...
Terbuka untuk mahasiswa, seniman, maupun komunitas penggiat seni grafis berkewarganegaraan Indonesia dan secara aktif bekerja mengembangkan karier sebagai seniman rupa berhak mengikuti acara festival seni grafis.

Venue
Lawangwangi Art & Science Estate
Jl. Dago Giri 99, Warung Caringin,
Mekarwangi, Bandung, 40391, Indonesia
Phone. +62 22 250 4065, Fax. +62 22 250 4105
www.artsocietes.com

Tema

Reframing Printmaking : Menjawab Fenomena Sosial dengan Seni Grafis

Cultural lag : –noun (Sociology)
slowness in the rate of change of one part of a culture in relation to another part, resulting in a maladjustment within society, as from the failure of the nonmaterial culture to keep abreast of developments in the material culture.

Cultural lag adalah sebuah fenomena sosial yang dilihat melalui pendekatan sosiologi dan ekonomi berkaitan dengan evolusi kebudayaan. Teori ini dikembangkan oleh William Ogburn dan Theorsten Veblen. Secara umum Ogburn membagi kebudayaan menjadi dua kelompok, kebudayaan material (teknologi, sains) dan non-material (ideologi, sistem ekonomi, kepercayaan, seni, dsb). Menurutnya, kebudayaan material cenderung lebih cepat mengalami perubahan dibandingkan kebudayaan non-material. Hal ini terjadi karena perkembangan budaya material, seperti teknologi, memiliki parameter yang jelas dan memiliki nilai-nilai yang universal, sedangkan budaya non-material cenderung merupakan permasalahan keyakinan dan selera.

Perkembangan teknologi yang terjadi dengan cepat, memaksa kehidupan sosial masyarakat untuk beradaptasi. Sebagai contohnya, perkembangan industri otomotif mengakibatkan mobilitas menjadi jauh lebih tinggi sehingga memungkinkan seseorang dapat melakukan lebih banyak pekerjaan, atau menyebabkan intensitas interaksi anggota keluarga menjadi berkurang, dsb. Contoh lain juga bisa dilihat dalam dunia medis, perkembangan ilmu kedokteran menyebabkan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap mistisime dan hal-hal spiritual. Kasus lain yang terlihat jelas adalah perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini, yang pada akhirnya merubah drastis hubungan dan interaksi sosial dalam masyarakat, dan masih banyak contoh kasus lainnya. Butuh waktu bagi masyarakat untuk menyesuaikan diri terhadap semua perubahan, dan tentu saja adaptasi tersebut tidak dapat berjalan tanpa adanya konflik-konflik sosial yang terjadi di dalamnya. Jadi cultural lag bisa didefinisikan sebagai waktu antara munculnya sebuah perubahan dalam komponen budaya, hingga masyarakat mampu menemukan bentuk penyesuaian yang tepat terhadap perubahan-perubahan tersebut.

Seni grafis sendiri juga merupakan salah satu cabang seni yang dekat dengan perkembangan teknologi. Mulai dari penemuan kertas dan cukil kayu, penemuan mesin press dan intaglio, litografi, hingga cetak saring yang menjadi cikal bakal cetak digital. Teknik dan medium seni grafis selalu mengikuti perkembangan teknologi, sehingga kemajuan teknologi dan munculnya medium-medium baru dalam seni rupa memungkinkan seni grafis untuk semakin berkembang lagi. Tetapi jika kita melihat kondisi sekarang, tampaknya perkembangan tersebut belum diiringi dengan meningkatnya apresiasi dan pemahaman masyarakat terhadap seni grafis. Padahal dalam sejarahnya, seni grafis adalah cabang seni yang dekat dengan masyarakat. Karakter seni grafis yang reproduktif membuatnya mampu menjangkau khalayak luas, karena itu, khususnya di Indonesia, seni grafis lebih sering dimanfaatkan sebagai media informasi dan alat propaganda. Oleh karena itu reproduksi dalam seni grafis hendaknya dilihat sebagai sebuah potensi, bukan kekurangan yang menjadikan karya seni grafis tidak otentik, karena reproduksi karya seharusnya menjadikannya lebih mudah diakses publik.

Persoalan seni grafis juga sebaiknya dilihat kembali melalui konvensinya, seperti persoalan penggandaan, teknik, dan medium. Seni grafis memiliki keunikan dan kelebihan tersendiri yang tidak ada di cabang-cabang seni lainnya. Kesadaran semacam inilah yang harus terus ditumbuhkembangkan di medan sosial seni rupa Indonesia, terutama di kalangan seniman-seniman mudanya. Kehadiran teknologi dan medium baru janganlah dilihat sebagai penghalang seni grafis, namun sebagai kesempatan untuk terus mengembangkan seni grafis.

Mungkin memang tidak banyak nama pegrafis Indonesia yang memiliki nama sebesar pelukis-pelukis lainnya, namun eksistensi pegrafis Indonesia bukan berarti tidak ada. Eksistensi tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya seniman yang antusias menekuni seni grafis. Oleh karena itu animo masyarakat untuk mengapresiasi karya-karya seni grafis masih bisa terus dibangun. Maka dengan mengamati fenomena sosial yang terjadi di sekitar dan memahami tentang sejarah seni grafis, di pameran ini seniman diajak untuk menyikapi perubahan-perubahan kebudayaan yang semakin cepat dengan memaksimalkan potensi-potensi yang dimiliki seni grafis.


Prosedur dan Peraturan

1. Karya seni grafis asli yang dibuat dalam kurun waktu 2010-2011.
2. Dibuat dengan teknik cetak: cukil kayu, etsa, litografi, dry point, cetak saring, akuatin, mezotin, allugrafi, stensil, digital imaging atau berbagai kombinasi teknik cetak grafis tersebut. Karya dapat dicetak di bidang dwimatra seperti kertas, kanvas, kain, dan lain-lain, serta dapat juga dicetak di bidang trimatra.
3. Karya yang memiliki kecenderungan trimatra harus menampilkan karakter teknik seni grafis secara dominan.
4. Untuk karya monoprint diperbolehkan menambahkan pewarnaan tangan asalkan masih menggunakan teknik grafis secara dominan.
5. Edisi cetak tidak melebihi dari 100 edisi.
6. Ukuran bidang cetak pada karya: minimal ukuran 29,7 cm x 42 cm dan maksimal 120 cm x 240 cm.
7. Berat keseluruhan karya tidak lebih dari 20 kg.
8. Presentasi karya: siap pajang dengan bingkai atau teknik lainnya. Karya serial atau susunan khusus harus dilengkapi dengan petunjuk pemasangan/display. Karya serial apabila dipasang tidak melebihi ukuran maksimum yaitu 120 x 240 cm.
9. Data karya dan seniman harus dicantumkan di sisi belakang setiap karya.
10. Setiap peserta berhak mengirimkan karya sebanyak maksimal 3 (tiga) karya.


Tenggat Pengiriman

Formulir peserta dapat diunduh di www.festivalgrafisberseni2011.com. Foto, konsep karya, dan formulir pendaftaran harus dikirimkan ke alamat penyelenggara;
Sekretariat Kelompok Grafis Berseni Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganeca No. 10, Gedung Kuliah Fakultas Seni Rupa dan Desain Lt. 2, Bandung, 40132, Indonesia,
atau kirim ke email resmi fgb sebelum tanggal 27 Juni 2011.


Dewan Kurator

Anggota Dewan Kurator dalam pameran ini akan bertindak sebagai penseleksi karya yang masuk sesuai dengan kriteria penseleksian sebagai berikut;
1. Korelasi karya dengan tema yang diberikan memiliki kualitas secara visual, teknis, dan gagasan
2. Karya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
Keputusan Dewan Kurator bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.


Pengumuman dan Pameran

Pengumuman hasil seleksi I karya terbaik akan diterbitkan di situs resmi Festival Grafis Berseni dan pemberitahuan kepada sang seniman pada tanggal 11 Juli 2011, sekaligus berhak mengikuti seleksi II dengan mengirimkan karya langsung ke panitia.


Penyelenggara

Keluarga Mahasiswa Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (KMSR-ITB)
Kelompok Grafis Berseni Institut Teknologi Bandung (KGB-ITB)
Sekretariat KGB-ITB
Jl. Ganeca No. 10, Gedung Kuliah Fakultas Seni Rupa dan Desain Lt. 2, Bandung, 40132, Indonesia

_________________________________________________________________


Untuk info lebih lanjut, kunjungi
www.festivalgrafisberseni2011.com

No comments:

Post a Comment